PERKEMBANGAN DAULAH MUGHOLIYAH

Recommended by 176 people
. in Tutorial . 30 min read
Recommended by 176 people
2.1 Sejarah Berdirinya Daulah Mugholiyah

India Pra-Mughol
Nama India muncul dalam ejaan orang Barat sedangkan aslinya adalah Hind, diambil dari nama sungai Shindu, satu diantara sungai-sungai yang besar di benua India. Beratus tahun sebelum Nabi Isa a.s. lahir, India telah menempati kedudukan yang tinggi dalam tamaddun dunia, terutama dalam soal-soal keagamaan dan metafisika. Di sanalah timbulnya agama Budha Gautama. Dari bekas-bekas runtuhan kota lama di sana telah ditemukan bahwa banyak orang India yang memiliki kepandaian dalam seni bangunan. Dari kemajuan yang sedemikian rupa, tentu telah memiliki hubungan yang lama dengan bangsa Arab, walaupun sebelum Islam.
   
Di zaman pemerintah Khalifah II, Syaidina Umar ibn Khattab di tahun 15 hijrah mengirim kepala perang Usman ibn Ash-Tsaqafy yang telah membawa tentaranya menuju ke sebelah Timur. Di tahun 22 H, angkatan perangnya telah sampai ke Persia, masuk Khurasan, dan ada niat meneruskannya ke India.
    Di zaman khalifah III, Syaidina Usman bin Affan juga telah mengutus utusan, yaitu Hakim ibn Jabalah untuk meninjau wilayah India yang luas itu. Di tahun 38 dan 39 H khalifah IV, syaidina Ali bin Abi Thalib telah mengutus peurutusan di bawah pimpinan Al-Harits ibn Murrah al-Abdi. Semua utusan itu bermaksud untuk memperoleh informasi tentang adat istiadat, perhubungan dan jalan-jalan sehingga mudah memasukinya kelak.

Maka di zaman khalifah Bani Umayyah yang pertama, Muawiyah ibn Abu Sufyan mengirim angkatan perang di bawah pimpinan Al-Muhallab ibn Abi Shufrah. Perjalanannya hanya sampai ke Kabul (ibu kota Kerajaan Afganistan yang sekarang), sampai ke Multan. Tetapi belum sampai juga ke tengah-tengah benua India. Kemudian pergi juga Zayyad dan putranya. Sejak masa itu dimulailah India dan jalan ke sana menjadi perhatian dan minat, berangsur-angsur pula orang Islam melakukan hubungan ke sana.

Ekspansi Mughol
Kerajaan Mongol di India adalah satu diantara kemegahan Islam yang tidak dapat dilupakan. Di zaman dahulu bangsa Mongol terkenal sebagi perusak besar kebudayaan Islam yang telah didirikan oleh Bani Abbas sejak 500 tahun, dengan penjarahan mereka sejak dari Jenghis Khan sampai kepada Houlaku Khan. Tetapi kemudian anak cucu mereka telah menjadi penyiar Islam yang gagah perkasa, dan kadang-kadang sangat fanatik menganut suatu faham Mazhab Islam yang diyakininya.

Kerajaan Mughol adalah salah satu dari ketiga kerajaan besar Islam di masa periode pertengahan. Kerajaan ini berpusat di India dengan ibukota pemerintahan di Delhi. Ia tidak sebesar kekhilafahan Turki Usmani, tetapi ia dapat bertahan selama kurang dari tiga setengah abad, dan berhasil menguasai wilayah yang mayoritas penduduknya adalah Hindu, sementara umat Islam minoritas.

    Mughal, bukanlah kekuasaan Islam di India yang pertama. Tetapi, sebelumnya telah ada beberapa kerajaan, dan upaya memperjuangkn Islam di sana. Dimulai dari pejuang muslim, Muhammad ibn Qosim di masa khalifah Al-Walid dari Bani Umayyah di Damaskus. Kemudian datang dinasti-dinasti: Ghaznawi (977-1186 M), Khlaji (1296-1316 M), Tughlaq (1320-1412 M), Sayyid (1414-1451 M), dan dinasti Lodhi (1451-1526 M). Jadi, Mughol adalah kerajaan Islam yang terakhir di India, tepatnya adalah setelah dinasti Lodhi jatuh, hingga berganti dengan pemerintahan imperialisme Inggris memerintah di sana.

Pembentukan dan Perkembangan
    Mughal merupakan kekuasaan Islam yang terakhir di India (1526-1858 M). didirikan oleh Zahiruddin babur, seorang keturunan Timur Lenk. Sepeninggal ayahnya, Umar Mirza, menggantikannya  sebagai penguasa di Farghana. Ia berhasil menaklukan Samarkand, kota terpenting di Asia Tengah, pada 1494 M., kemudian Kabul di tahun 1501 M. Ekspansi terus dilakukan hingga berhasil memasuki wilayah India yang saat itu di bawah dinasti Lodhi yang sedang mengalami masa krisis.1 Di sana Punjab ditaklukan pada 1525 M., selanjutanya ia berhasil memasuki wilayah kota Delhi dan kemudian mendirikan kerajaan di kota itu pula pada 1526 Mughal. Kekuatan Hindu sebenarnya menolak kehadiran kekuatan Mughal, tetapi dapat dipatahkan oleh Babur.

    Jumlah keseluruhan sultan Mughal 29 orang, mulai dari sultan Babur sampai dengan Sirajuddin Bahadur Sayh Islam. Di antara sultan-sultan itu, yang terkenal  adalah Sultan Babur (1526-1530 M.), Humayun (1530-1556 M.), Jehangir (1605-1628 M.), Syah Jian (1628-1658 M.), dan Aurengzeb (1658-1707 M.).

    Sepeninggal Babur, kepemimpinan Mughal diteruskan oleh anaknya, Humayun. Ia berhasil menghadapi pemberontakan Bahdur Syah, penguasa Gujarat yang hendak melepaskan diri dari Delhi. Namun, ia gagal menghadapi serangan Syer Khan dari Afghanistan. Ia pergi ke Persia dan lima belas tahun menyusun kekuatan di sana. Pada 1555 M. ia menguasai kembali  setelah mengalahkan Khan Syah. Ia meningngal karena jatuh dari tangga di perpustakaan.

    Sepeninggal Humayun (1556 M.), puteranaya Akbar menggantikan tahtanya. Waktu itu ia berumur 14 tahun, sehingga pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syiah. Di periode pertama, Akbar menghadapi berbagai pemberontakan. Di Punjab, Khan Syah melancarkan pemberontakan setelah menggalang sisa-sisa pengikutnya. Di Agra pemberontakan kaum Hindu dipimpin oleh Hemu, berhasil menguasai kota itu dan Delhi. Pda tahun 1556 M., terjadi peperangan yang disebut Panipat II. Hemu dapat ditaklukan, kemudian dieksekusi dengan demikian Agra dan Gualior ayng menjadi kekuasaan Hemu dapat dikuasai. Di wilayah barat lahir gerakan yang dipimpin saudara seayah dengan Akbar, Mirza Muhammad Hakim. Kasmir, Mulatan, Bengala, Sind, Gujarat, Bijapur dan lain-lain. Berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Mughal.

    Namun, setelah Akbar dewasa, ia dapat mengembalikan  wilayah-wilayah yang pernah melepaskan diri, dan memperluas wilayah-wilayah secara gemilang. Srateginya, pertama, ia menyingkirkan Bairam Khan karena terlalu memaksakan paham syiah. Kedua, melancarkan serangan kepada para penguasa yang menyatakan merdeka. Ketiga, memperkuat militer dan mewajibkan pejabat sipil latihan militer. Keempat, membuat kebijakan Shalahul  (toleransi universal). Kebijakan ini memberikan hak persaman kepada semua pihak penduduk, mereka tidak dibedakan berdasarkan etnis maupun agama. Bahkan ia mengusulkan penyatuan semua agama menjadi satu bentuk agama yang disebut Din illahi (Nasution, 1979: 85). Dengan startegi ini, wilayah Mughal menjadi meluas, dua kota penting sebagai pintu gerbang ke luar Kabul dan Kandahar, dikuasai.

    Jehangir, Syah Jihan, dan Aurengzeb adalah sultan-sultan besar yang mampu meneruskan keberhasilan pendahulunya, Akbar. Ketiga sultan ini didukung oleh mister yang sangat kuat. Maka, semua pemberontakan dapat dipatahkan, sehingga rakyat hidup dengan aman dan damai. Sayh Jihan pernah mengusir seorang pedagang Portugis yang menyalahkan kepercayaannya, ia menarik pajak kepada rakyat dan menyebarkan agama Kristen kepada anak-anak. Auranzeb membuat kebijakan berupa penghapusan sejumlah pajak, menurunkan harga makanan, dan memberantas kotupsi. Ia merancang penyusunan buku  Fattawa Alam Giri yang berisi ketentuan-ketentuan hukum Islam yang dijadikan pedoman bagi peradilan di India. Sultan-sultan setelah itu tidak mampu membawa  Mughal kepada kemajuannya.

2.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan

2.2.1 Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Umat Islam merupakan sebuah minoritas kecil yang berkuasa di sebuah negeri yang tidak pernah berusaha mengharuskan ketaatan agama. Setiap kasta Hindu memiliki upacara peribadatan sendiri, dan demikian halnya dengan Buddha, Yakobiyyah, Yahudi, Jayn, Kristen, Zoroaster, Islam Sunni dan Ismailli semuanya dii
zi
nkan menjalankan ibadah tanpa hambatan. Selama abad ke-14 dan ke-15, orang-orang Hindu dari semua kasta, dan bahkan beberapa orang muslim, menggabungkan kekuatan untuk membangun sebuah bentuk monotheisme spiritual dan kontemplatif, dan mereka bersumpah untuk menghentikan intoleransi sektarian. Agama Sikh, yang didirikan Guru Nanak (w. 1539 M) tumbuh dari kalangan ini, yang menegaskan kesautan dan kesesuaian antara Hindu dan Islam. Namun selalu terdapat kemungkinan terjadinya konfrontasi agresif. Universalisme telah terbangun di India, dan sebuah masyarakat politik yang intoleran akan berjalan melawan kecenderungan dasar kebudayaan India. Para pemimpin Muslim telah lama menyadari hal ini dan mempekerjakan kaum Hindu di dalam militer dan urusan pemerintahan mereka. Akbar mengutamakan tradisi (kebiasaan) ini. Ia menghapuskan pajak jizyah yang dianjurkan Syariah bagi kaum zimmi, menjadi seorang vegetarian, agar tidak menyinggung perasaan umat Hindu, dan berhenti berburu (sebuah olahraga yang amat ia senangi). Akbar amat menghargai semua agama. Ia membangun berbagai pura untuk Hindu, dan pada 1575 M, mendirikan sebuah “rumah ibadah” di mana para cendekiawan dari semua agama bisa bertemu untuk berdiskusi. Ia juga mendirikan tarekat Sufi sendiri, yang dipersembahkan untuk “monotheisme ketuhanan” (tawhid-e ilahi) yang didasarkan pada keyakinan Qur’ani bahwa hanya Tuhan saja yang dapat mewahyukan diri-Nya dalam agama mana pun yang diberi petunjuk.

    Meskipun ini memang sesuai dengan semangat Al Quran, pluralisme Akbar sangat berbeda dengan komunalisme garis keras yang berkembang dalam beberapa aspek Syariah dan hal itu merupakan puncak fanatisme konflik Sunni dan Syiah yang terjadi belakangan. Akan tetapi secara politis kebijakan lainnya amat berbahaya di India. Akbar mengadili para pada awal pemerintahannya, tetapi ia tidak pernah berminat dengan Syariah. Kecenderungannya adala pada Sufisme dan filsafat, yang keduanya cenderung pada sisi universal.
Akbar ingin membangun masyarakat utama sebagaimana dijelaskan oleh kalangan filsuf. Penulis biografinya, sejarawan Sufi Abdulfazl Allami (1551-1602 M), melihat Akbar sebagai raja dan sekaligus filsuf besar. Penulis ini juga juga yakin bahwa Akbar adalah manusia sempurna, yang dianggap oleh para Sufi ada dalam setiap generasi ujntuk memberikan petunjuk Ilahi bagi ummah. Akbar membangun sebuah peradaban yang menurut Allami akan membantu rakyat menumbuhkembangkan sebuah semangat kemurahan hati sehingga konflik akan mustahil terjadi. Ini merupakan sebuah politik yang mengekspresikan cita-cita Sufi yaitu sulh-e kulh (perdamaian universal), yang merupakan pembuka bagi mahabbat-e kull (kasih dayanbg universal) yang secara positif mencari kesejahteraan material dan rohaniah dari semua umat manusia. Dalam perspektif ini, fanatisme tidaklah masuk akal, seorang raja yang juga sebagai filsuf ideal, seperti Akbar telah melampaui prasangka  sektarianisme yang sempit.
Namun beberapa kalangan Muslim merasa terganggu oleh pandangan pluralistik agama Akbar. Ahmad Sirhindi (w. 1625 W), yang juga seorang Sufi, merasa bahwa universalisme ini (yang ia sandarkan pada Ibn al-Arabi) amat berbahaya. Sirhindi menyatakan bahwa dirinyalah sesungguhnya Manusia Sempurna abad ini dan bukannya Akbar. Penyatuan dengan Tuhan hanya dapat dicapai ketika seorang muslim secara tulus mematuhi hukum-hukum Syariah yang penampilanyya pada masa ini menjadi lebih sektarian. Pada permulaan abad ke-17, beberapa kalangan muslim di India tampak condong pada pandangan Sirhindi. Syah Jihan, cucu Akbar , yang memerintah pada sejak 1627 M hingga 1658 M, tetap menjalankan kebijakan Akbar. Taj Mahal yang ia bangun melanjutkan tradisi kakeknya, yakin membaurkan Muslim dengan gaya arsitektur Hindu. Di istananya, ia memiliki penyair Hindu dan karya-karya ilmiah Muslim yang diterjekahkan ke dalam bahasa Sansekerta. Akan tetapi, Syah Jihan cenderung memusuhi Sufisme, dan tidak sebagaimana Akbar, kesalehannya lebih didasarkan pada Syariah.
   
Ia membuktikan  diri sebagai sosok yang transisional. Pada akhir abad ini, terlihat jelas bahwa imperium Moghul telah mengalami masa kemunduran. Tentara dan istana, keduanya menjadi sangat mahal, para raja masih menjalankan pelbagai aktivitas cultural, namun mengabaikan pertanian yang menentukan kekayaan mereka. Krisis ekonomi mencapai puncaknya selama pemerintahan Aurengzeb (1658-1797 M), yang percaya bahwa jawabannya terletak disiplin yang lebih ketat dalam masyarakat muslim. Rasa tidak amannya tercermin dalam kebencian yang dalam terhadap Muslim “ahli bid’ah” sebagaimana pengikut kepercayaan lainnya. Perayaan Syiah unuk menghormati Husayn tidak berkembang baik di India, minuman anggur dilarang oleh hukum (yang menyulitkan sosialisasi dengan Hindu), dan jumlah pesta-pesta Hindu yang dihadiri oleh raja mengalami penurunan yang drastik. Jizyah diberlakukan lagi, dan pajak para pedagang Hindu digandakan, serta banyak bangunan pura Hindu yang dihancukan di seluruh imperium tersebut. responnya menunjukkan betapa bijaksananya toleransi beragama di masa sebelumnya. Ada pemberontakan yang terjadi secara serius yang dipimpin oleh pemimpin Hindu dan Sikh, yang mulai memperjuangkan pendirian negara tersendiri di Punjab. Ketiak Aurengzeb meninggal, imperium ini berada dalam keadaan keropos dan tidak benar-benar pulih. Para penerusnya meninggalkan kebijakan komunalis, namun kerusakan sudah terlanjur terjadi. Bahkan umat Muslim tidak terpengaruh: tidak ada hal yang Islami secara otentik mengenai antusiasme Aurengzeb pada Syiah, yang mengajarkan keadialn pada semua, termasuk golongan Zimmi. Kerajaan mulai mengalami perpecahan, dan para pejabat Muslim lokal cenderung menguasai daerah meeka sebagai satuan-satuan otonom.
Orang-orang Mughol terus memerintah sampai 1739 M dan terjadi rekonsiliasi selama abad ke-18 antara Hindu dan Muslim di istana; mereka belajar untuk saling memahami bahasa masing-masing dan membaca serta menerjemahkan buku-buku dari Eropa bersama-sama. Akan tetapi, para pemimpin Sikh dan Hindu dari kawasan pegunungan masih menentang pemerintahanan ini, dan di kawasan barat laut, suku-suku Afghan yang menurunkan Kerajaan Syafawiyah di Iran tidak berhasil membangun sebuah imperium Muslim yang baru  India. Kaum Muslim India mulai merasa tidak nyaman dengan posisi mereka, bahkan mereka memunculkan banyak kesulitan dari perdebatan berkelanjutan yang menyita perhatian umat Islam selama periode modern. Sekarang, mereka tidak lagi merasa mereka adalah minoritas yang tehimpit di sebuh daerah yang  bukan kawasan pinggiran, seperti jantung imperium Usmani Anatolia, tetapi salah satu dari kebudayaan inti dunia yang berperadaban. Mereka tidak hanya melawan Hindu dan Sikh, tetapi  orang Inggis juga membangun sebuah perdagangan yang kuat di  anak benua tersebut, yang tentu saja menjadi semakin politis. Untuk pertama kalinya kaum Muslim menghadapi kemungkinan diperintah oleh orang-orang kafir, dan mengingat pentingnya ummah dalam ketatan islam, hal ini jelas sangat mengganggu. Ini bukan sekadar masalah politik, namun menyentuh celah yang paling dalam dari diri mereka. Rasa tidak nyaman yang baru akan terus memberikan ciri kehidupan Muslim di India. Apakah Islam menjadi kasta Hindu lainnya? Apakah Muslim kehilangan identitas kultural dan religius, dan dijenuhkan oleh tradisi asing yang berbeda dari mereka yang ada di timur Tengah, tempat kelahiran Islam?Apakah mereka telah kehilangan sentuhan dengan akar-akar mereka?

Pemikir Sufi Syah Walliyullah (1703-1762) percaya bahwa jawabannya terletak pada posisi Sirhindi, dan pandangannya akan terus mempengaruhi umat Islam India hingga abad ke-20. Ia menyatakan visi barunya yang menyerang, dan sebagaimana Muslim yang merasa bahwa kekuatan mereka akan tergelincir ke bagian lain dunia ini dan mengalami ketakutan serupa tentang keberlangsungan Islam, para filsuf dan reformis yang lain akan mencapai kesimpulan serupa. Pertama, Muslim harus bersatu, mengubur perbedaan aliran mereka, dan menyajikan sebuah persatuan melawan musuh. Syariah harus diadaptasi untuk memenuhi kondis
i khusus dari anak benua tersebut, dan menjadi sebuah sarana untuk Hindusiasi. Penting kiranya agar Muslim mempertahankan keunggulan mereka secara militer dan politis. Terdorong oleh rasa prihatin, Syah Walliyullah bahkan  mendukung upaya Afgahan yang berbahaya untuk membangkitkan kembali kekuasaan Muslim. Sebuah sikap defensive mamasuki pemikiran Muslim, dan sikap tersebut akan terus menjadi watak kesalehan Islam dalam periode modern.

2.2.2 Perkembangan  Kebudayaan
    Kebuijakan-kebijakan dalam pengembangan kebudayaan ditampakkan adanya bentuk perpaduan antaar unsur Islam dan Hindu. Bentuk ini misalnya pada arsitektur dan lukisan di beberapa benteng dan istana di Aimer, Agra, Allahabad, Lahore, dan Fathepur Sikri. Sejumlah bangunan dinding yang berkelok-kelok untuk menyangga bagian atap, bentuk-bentuk zomorphic, motif lonceng dan rantai, dan sejumlah sarana lainnya. Seluruhnya telah digunakan dalam konstruksi bangunan masjid dan istana zaman sebelumnya. Kubah yang lahir dari tradisi arsitektur Muslim dipakai baik untuk masjid maupun kuil.

Mayoritas penduduk India beragama Hindu, sedangkan muslim merupakan kelompok minoritas, tetapi berkuasa, dan sebagian elite pemerintahan terdiri dari penganut Hindu. Mereka tidak membentuk suatu komunitas yang tunggal, tetapi sangat beragam dari berbagai etnik, keturunan, dan sejumlah kelas. Sebagaimana terjadi dalam Hindu, di kalangan muslim terdapat kelompok-kelompok yang membentuk suatu hirarki. Mazhab hukum, tarekat sufi, serta persekutuan terhadap ajaran syaih dan ulama menonjol. Kekuasaan peradilan dipegang oleh qadli.  Sadr propinsial mengepalai hakim, muhtasib, muballigh, imam salat, muazzin, dan administrator keuangan tingkat lokal. Pemerintah menyediakan subsidi untuk para ulama dan kepentingan-kepentingan agama (Lapidus, 1999: 703-705).

    Perekonomian Mughal mengandalkan pertanian dan industri. Sistem pertanian dibangun dimana petani tingkat bawah bertanggungjawab atas tanah garapan yang disebut Deh. Antara petani dengan pemerintah dihubungkan oleh seorang Muqaddam. Hasil pertanian yang melimpah mensuplai kebutuhan dan baahn baku bagi pabrik-pabrik pengolahan. Kerajinan tenun berkembang menjadi pabrik textil di zaman Aurengzeb. Ia mengekspor tenun, rempah-rempah, opium, gula, bubuk sodium, wool, parfum, dll ke pasar Eropa (Ikram, 1965: 255).

Bidang seni syair dan seni arsitektur berkembang. Ladhir seorang penyair istana terkenal, Malik Muhanmmad jayazi, yang menulis karya agung, Padmayat. Abu Fadl adalah seajrawan ayng menuluis Akhbar Namah dan Aini Aakhabri  yang menjelaskan sejarah figur kepemimpinan sulatn-sultan Mughal. Bangunan yang megah dan indah yang merupakan peningga;an Mughal hingga sekaerang adalah istana Fatfur Sikri dan lahore, Taj Mahal, Villa, dan masjid Agung Delhi (Ali, 1997: 357). Bahasa Urdu menignkat menjadi bahasa literatur menggantikan bahasa yang semula dipakai di kalangan isatna sultan-sulatn di Delhi. Di antara penulis pertama dalam bahasa urdu adalah Mazhar, Sauda, Dard, dan Mir.
Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan progam pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Akan tetapi, sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Di sektor pertanian ini, komunikasi antara pemerintah dan petani diatur dengan baik. Pengaturan itu didasarkan atas lahan pertanian. Deh merupakan unit lahan pertanian kecil. Beberapa deh tergabung dalam pargana (desa). Komunitas petani dipimpin oleh seorang mukaddam. Melalui para mukaddam itulah pemerintah berhubungan dengan petani.*1 Kerajaan berhak atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.*2
Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu di ekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian  tenun dan kain tipis bahab gordiyn yang banyak diproduksi di Gujarat dan Bengal. Untuk meningkatkan produksi, Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.*3
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menonjol adalah karya sastera gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun berbahasa India. Penyair India yang tewrkenak adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sasterawan sufi yang menghasilkan karya besar berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia.*4 Pada masa Aurangzep, muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari, yang memparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figur pemimpinnya.*5

Dalam bidang Ekonomi umat Islam di Mugol berhasil mengekspor sejumlah produk ke Eropa. Sedang dalam bidang pendidikan dan ilmu Mugol berhasil mencapai prestasi cemerlang. Mereka membangun masjid, madrasah dan perpustakaan. Pengajaran terdiri dari berbagai ilmu seperti logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik dan matematika. Di madrasah pelajaran meliputi ilmu tafsir, hadist, fiqih. Sedang perpustakaan di Agra mengoleksi lebih dari 24 ribu buku. Sekolah tinggi terkemuka juga di bangun pada masa itu.

    Dalam bidang arsitektur berkembang sangat mengagumkan, banyak bangunan indah yang dihasilkan pada masa pemerintahan Mugol. Benteng merah menjadi salah satu bangunan megah, selain bangunan masjid, istana dan makam para pembesar kerajaan. Puncak karya arsitektur paling tinggi pada masa itu yang dapat disaksikan hingga saat ini adalah Taj Mahal. Sepeninggal Aurangzeb tahun 1707 Mugol mengalami masa surut sangat cepat, banyak peperangan dan persaingan dari dalam istana sehingga menjadikan musuh-musuh mengincar. Kaum penjajah dari eropa seperti Inggris, Perancis, Belanda dan Portugis mulai mencapkan pengaruhnya di India. Sisa bangsawan Islam berjuang melawan pendudukan bangsa asing, namun mengalami kegagalan sehingga Inggris menancapkan kuku kekuasaannya di India.
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istan Fatpur Sikri di Sikri, villa dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore.*6
2.4 KEMUNDURAN DAN RUNTUHNYA KERAJAAN MUGHAL
   
Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang sudah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M Kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis hindu di India tengah, sikh di belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris yang pertam kali diizinkan oleh jehangir menanamkan modal di India, dengan di dukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menduduki wilayah pantai.
Pada masa aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintah pusat memang sudah muncul, tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemahdan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh Muazzam, putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul.? putera Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur syah (1707-1712 M). Ia menganut aliran Syi’ah. Pada masa pemerintahannya yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan pada perlawanan Sikh sebagai akibat dari tindakan ayahnya. Ia juga dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran Syi’ah kepada mereka.
Setelah Bahadur Syah menin
ggal, dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana. Bahadur Syah diganti oleh anaknya, Azimus Syah. Akan tetapi, pemeritahannya ditentang oleh Zulfikar Khan, putera Azad Khan, wazir Aurangzeb. Azimus Syah meninggal tahun 1712 M, dan diganti oleh puteranya, Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar, adiknya sendiri. Jihandar  Syah dapat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M.
Farukh Siyar berkuasa sampai tahun 1719 M dengan dukungan kelompok sayyid, tapi tewas di tangan para pendukungnya sendiri (1719 M). sebagai gantinya, diangkat
Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran.Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa kepada kehancuran pada tahun 1858 M; yaitu:
1.    Kekuasaan politiknya mulai merosot.
2.    Suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan.
3.    Gerakan separatis Hindu di India Tengah.
4.    Sikh di belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam.
5.    Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
6.    Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang Negara.
7.    Pendekatan Aurangzep yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat suka diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
8.    semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan yang menyebabkan banyak pemberontakan yang bermula dari tindakan-tindakan Aurangzep yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanisme.
9.    Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah.Pemerintah daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat, bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahan masing-masing.

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
Kerajaan Mongol di India adalah satu diantara kemegahan Islam yang tidak dapat dilupakan. Di zaman dahulu bangsa Mongol terkenal sebagi perusak besar kebudayaan Islam yang telah didirikan oleh Bani Abbas sejak 500 tahun, dengan penjarahan mereka sejak dari Jenghis Khan sampai kepada Houlaku Khan. Tetapi kemudian anak cucu mereka telah menjadi penyiar Islam yang gagah perkasa, dan kadang-kadang sangat fanatik menganut suatu faham Mazhab Islam yang diyakininya. Fenomena ini seharusnya bias memberi inspirasi umat Islam saat ini bahwa khasanah Islam masa lalu melaju pesat sangat luar biasa dan dari sejarah Mughol ini pula uamt Islam bias belajar bahwa kejahatan bias berubah kebaikan bahkan kebaikan mereka lebih baik dari daripada kelompok-kelompok yang telah Islam lebih dulu.
[Mukhlish muchad Fuadi: 2nd Semester 2007]

Technorati Tags: mughol daulah muchad islamiyah



Responses
 
Write a response...
Your email address will not be published. Required fields are marked *