KONFLIK KELOMPOK : PENGERTIAN, PENYEBAB DAN PEMECAHAN

Recommended by 185 people
. in Tutorial . 8 min read
Recommended by 185 people
1. Pengertian Konflik
    Salah seorang sosiolog bernama Cooley mengatakan bahwa : “Semakin dalam seorang memikirkan tentang konflik, maka akan semakin sadarlah dia bahwa koflik dan kerjasama adalah dua hal yang tidak terpisahkan, bahkan merupakan fase-fase dari suatu proses yang selalu mencakup keduanya.
   
Istilah konflik cenderung menimbulkan respon-respon yang bernada ketakutan atau kebencian, padahal konflik itu sendiri merupakan suatu unsur yang penting dalam pengembangan dan perubahan. Konflik dapat memberikan akibat yang merusak terhadap diri seseorang, terhadap anggota-anggota kelompok lainnya, maupun terhadap masyarakat. Sebaliknya, konflik juda dapat membangun kekuatan yang konstruktif dalam hubungan kelompok. Konflik merupakan suatu sifat dan komponen yang penting dari proses kelompok, yang terjadi melalui cara-cara yang digunakan orang untuk berkomunikasi satu sama lain.

Konflik mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar dan perang. Dasar konflik berbeda-beda. Dalam hal ini terdapat tiga elemen dasr yang merupakan cri-ciri dan situasi konflik, yaitu:
1.    Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di dalam konflik.
2.    Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagsan.
3.    Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.

Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibeda-bedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkup yang luas, yakni masyarakat:
1.    Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian atau emosi-emosi serta dorongan-dorongan yang antagonistik di dalam diri seseorang.
2.    Pada taraf kelompok, konflik-konflik ditimbulkan dari konflik-konflik yang terjadi di dalam diri individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok serta minat-minat mereka.
3.    Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok-kelompok lain di dalam masyarakat tempat kelompok yang bersngkutan berada. Perbedaan-perbedaan dalam tujuan, nilai dan norma serta minat disebabkan oleh adanya perbedaan-pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis yang ada dalam kebudayaan-kebudayaan lain.

2. Penyebab Konflik Kelompok
Kemampuan orang yang biasa menghadapi konflik dalam melaksanakan atau menggunakan mekanisme-mekanisme dan tingkah laku penyesuaian diri, akan semakin luas dan semakin fleksibel dan kemampuan empatinya dapat meningkat dengan cepat. Sebaliknya, konflik-konflik yang terjadi di dalam diri seseorang yang berlangsung terlalu lama, terlalu gawat atau terlalu mendasar terhadap struktur kepribadian seseorang, dapat menuntun kepada disintegrasi kepribadian yang berat dan kehilangan kemampuan untuk melaksanakan fungsinya.

Pada taraf kelompok, konflik dapat menuntun kepada peningkatan pemahaman dan penguatan hubungan di antara para anggota kelompok karena perbedaan-perbedaan yang timbul dapat disalurkan dan tidak dibiarkan terpendam di dalam hati masing-masing orang. Konflik menimbulkan rangsangan untuk bertingkah laku dan merupakan basis interaksi. Coser menyatakan bahwa hanyalah dengan melalui pengungkapan perbedaan-perbedaan di antara para anggotanya yang memungkinkan kelompok menggambarkan nilai-nilai dan minat-minat bersama. Pada saat hal-hal yang tidak disepakati diungkapkan, maka hal yang telah disepakati pun menjadi lebih jelas. Kejelasan mengenai kesepakatan dan ketidaksepakatan tersebut, pada saatnya secara langsung menunjang kesatupaduan atau ikatan kelompok. Konflik sosial dapat menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang meningkatkan kemampuan orang untuk melibatkan diri di dalam kegiatan-kegiatan pemecahan masalah dengan hasil-hasil yang memuaskan. Selain memperhatikan aspek-aspek dalam konflik yang memberikan manfaat, tidak boleh dilupakan pula bahwa banyak konflik yang bersifat destruktif dan dapat menuntun kepada terjadinya disintegrasi kelompok. Dengan demikian, cara-cara yang digunakan anggota kelompok untuk mengenali, memecahkan dan menanggulangi konflik merupakan hal yang sangat penting untuk kelangsungan kehidupan kelompok.

Konflik ada yang bersifat realistis dan tidak realistis. Konflik yang realistis terkait dengan tujuan yang rasional dan konflik terjadi berkenaan atau merupakan kelengkapan untuk pencapaian tujuan. Dalam konflik yang tidak realistis, konflik tersebut merupakan tujuan itu sendiri. Tipe konflik ini timbul dari proses-proses yang tidak rasional dan emosional dari pihak-pihak yang telibat di dalam konflik, tidak menyadari akan proses-proses emosional yang telah memotivasi mereka untuk memasuki pertentangan itu. Hampir semua konflik yang berlangsung didalam kerumitan situasi kehidupan manusia mempunyai elemen rasional maupun elemen tidak rasional. Lebih jauh lagi, konflik-konflik tersebut mungkin fungsional maupun disfungsional pada saat yang bersamaan.

3. Pemecahan Konflik Kelompok
Upaya untuk memecahkan konflik selalu timbul selama berlangsungnya kehidupan suatu kelompok, namun terdapat perbedaan-perbedaan di dalam sifat dan intensitas konflik pada berbagai tahap perkembangan kelompok. Pemecahan terhadap konflik-konflik yang besar tidak akan dapat terjadi sampai kelompok telah berkembang mencapai suatu titik dimana terdapat kesepakatan yang mendasar di dalam kelompok terjadi dengan pasti. Di dalam proses-proses pembuatan keputusan terletak metode-metode pengendalian konflik yang dapat digunakan terhadap semua atau setiap konflik (Wilson an Raylan, 1969).

Adapun cara-cara pemecahan konflik-konflik tersebut adalah sebagai berikut:
?    Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik yang diungkapkan dengan:
•    Kami mengalah;
•    Kami mendongkol;
•    Kami ke luar;
•    Kami membentuk kelompok kami sendiri.
?    Subjugation atau Domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya. Tentu saja cara ini bukan suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi pehak-pihak yang telibat.
?    Majority Rule, artinya suatu suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi. Pada hakekatnya Majority ini merupakan slah satu bentuk Subjugation.
?    Minority Consent, artinya kelompok mayoritas yang menang namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama. Bias dicontohkan disini adalah masa pemerintahan madinah yang dipimpin oleh Rosulullah SAW.
?    Compromise (kompromi) artinya kedua atau semua subkelompok yang terlibat di dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan “jalan tengah (halfway)”
?    Integration (integrasi) artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangakn dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak. Integrasi merupakan cara pemecahan konflik yang paling dewasa (Albert Bandura, 1969).

Pemecahan konflik
s
uatu kelompok akan tergantung pada sejumlah individu yang saling berhubungan dan pada karakteristik-karakteristik kelompok. Di dalam hal-hal tersebut terdapat sifat dasar konflik, yaitu :
a.    Atribut-atribut tertentu dari anggota-anggota kelompok, seperti kematangan emosi, nilai-nilai pengetahuan mengenai persoalan yang dipertentangkan ketrampilan-ketrampilan dalam hubungan antar pribadi;
b.    Pengalaman yang diperoleh kelompok sebelumnya dalam upaya penanggulangan konflik;
Nilai-nilai dan norma-norma yang telah dikembangkan dalam kelompok tentang cara-cara kelompok untuk menghadapi perbedaan-perbedaan di dalam kelompok serta tentang cara-cara pemecahan masalah.



Responses
 
Write a response...
Your email address will not be published. Required fields are marked *