muchad

Al Faatihah 02

Praise be to Allah, the Cherisher and Sustainer of the worlds;

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,

Setelah bismillah, ayat berikutnya muchad menampilkan ayat yang mengandung lafadz yang cukup populer dikalangan muslim, yakni Alhamdulillah. Lafadz ini seringkali diucapkan sebagai wujud rasa syukur, terima kasih kepada Sang Pencipta Allah SWT. Lafadz ini juga sering diucap sebagai muqoddimah atau pendahuluan dalam ceramah-ceramah agama.

Buat muchad, tidak hanya ceramah agama. Dalam kesempatan ketika mengisi acara tertentu (meski bukan acara keagamaan) muchad seringkali mengawali acara tersebut dengan lafadz ini dan diikuti dengan sholawat setelah itu mengajak para peserta untuk melafadzkan basmalah (bismillahirrohmaanirrohiim) bersama-sama.

Tidak hanya sebagai pembuka, hamdalah (alhamdulillah) yang diikuti dengan sholawat muchad lantunkan juga sebagai penutup sebelum salam. Mungkin bagi sebagian orang ini aneh ya, karena muchad sendiri tidak pernah menjumpai orang yang menutup ceramahnya menggunakan hamdalah dan sholawat, biasanya yang populer adalah wabillahi-ttaufiq wal hidayah. Lantas, kenapa muchad menutup dengan hamdalah dan sholawat sama seperti pembukanya?

Apakah salah menutup ceramah atau monolog dengan hamdalah dan sholawat? Tidak kan ^_^
Ya, muchad memulai menggunakan hamdalah dan sholawat sebagai penutup kalau tidak salah mulai sejak SMA, yaitu ketika membaca sebuah buku oleh ulama klasik yang berasal dari Banten. Meski dari Indonesia beliau sangat populer di kalangan umat Islam internasional saat itu hingga kini, maaf muchad lupa namanya takutnya salah ^_^ Intinya beliau menyampaikan dalam tulisannya kenapa hamdalah hanya sebagai awal, kenapa bersyukur hanya diawal saja, kenapa tidak bersyukur di akhir juga. Alhamdulillah di awal dan Alhamdulillah di akhir..mari senantiasa bersyukur : )